Pengalaman ini mungkin bisa
dibilang begitu berharga buat saya, saking berharganya saya sampai ingin
mengulanginya lagi. Sebuah kisah perjalanan yang tidak terduga sebelumnya oleh
saya sendiri karena kesibukan yang saya jalani saat ini hingga saya pun tak
sempat untuk melangkahkan kaki ini kemana pun yang saya inginkan. Saat ini saya
menyibukkan diri dengan mengajar di salah satu sekolah di kabupaten Tangerang
dan selama satu minggu mengajar tiap hari Kamis saya tidak ada jam mengajar di
sekolah, otomatis saya libur di hari tersebut.
Disaat yang bersamaan di hari
Kamis bapak saya mengajak diri saya untuk pergi ke kota Serang tepatnya untuk
mengantarnya rapat di salah satu hotel yang berada di pusat kota Serang. Gayung
bersambut Saya pun langsung mengiyakan ajakan tersebut karena memang belum
pernah sekalipun mengunjungi pusat kota Serang tepatnya di alun-alun ibukota
provinsi Banten tersebut. Kami berangkat dari Tengerang bersama teman bapak
yang juga mengikuti rapat tersebut. Perjalanan dari Tangerang memakan waktu
sekitar dua jam melewati jalan tol Jakarta-Merak hinga akhirnya tiba di kota
Serang. Karena belum tahu letak hotel tersebut kami sempat menyasar hingga ke
kantor gubernur Banten sampai akhirnya tiba di lokasi yang dituju yaitu di
jalan Maulana Yusuf.
Memasuki kota Serang pandangan
mata saya seperti terhipnotis oleh bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang
terdapat di kota tersebut. Bangunan khas kolonial yang saya lihat sepanjang
perjalanan adalah Kantor Polres Serang, Wisma TNI AU Detasemen Gorda, Pendopo
Kabupaten Serang dan Kantor Gubernur Banten. Namun betapa terkejutnya saya
begitu mengetahui hotel yang kami tuju berada di samping persis kantor Korem
064/Maulana Yusuf Serang yang tidak lain juga merupakan bangunan khas kolonial.
Setelah memarkirkan mobil
kemudian bapak saya bersama teman-temannya turun dan langsung bergegas
mengikuti rapat yang sudah dijadwalkan. Dalam suasana menunggu rapat tersebut
saya ditelepon oleh bapak bahwa rapat dilaksanakan hingga sore hari. Pikiran
pun berkecamuk dalam benak saya “apa yang harus saya lakukan hingga sore hari nanti??”
disaat yang bersamaan pulsa yang saya miliki habis, kemudian saya bertanya
kepada security di hotel tersebut dimanakah saya bisa membeli pulsa dan ia pun
menunjukkan bahwa tidak jauh dari hotel tersebut ada deretan pertokoan yang
berada di jalan Tirtayasa. Setelah mengetahui saya langsung bergegas menuju ke
deretan toko tersebut untuk membeli pulsa.
Setelah pulsa didapat saya pun
berjalan kembali ke hotel dan menunggu di salah satu kedai kopi di sekitar
hotel. Iseng menunggu saya pun teringat bangunan khas kolonial yang tidak jauh
dari hotel tersebut yaitu Korem 064/Maulana Yusuf. Saya pun memutuskan untuk
berjalan dan melihat bangunan yang menurut saya begitu artistik dari segi
arsitekturnya. Tidak jauh dari bangunan korem ada lagi satu bangunan khas
kolonial yang kini digunakan sebagai kantor Denpom III/4 Serang, setelah puas
melihat dan mengabadikan bangunan tersebut saya pun kembali lagi ke hotel.
![]() |
Gedung Korem 064/Maulana Yusuf Serang |
Suasana hotel tempat bapak rapat
memang berada di lokasi yang cukup ramai.Ketika sedang menunggu di hotel
tiba-tiba saya mendengar bunyi suara kereta api dan setelah saya bertanya
kepada security hotel ternyata ada stasiun kereta api yang tidak jauh dari
hotel tersebut. Saya pun tertarik untuk mengunjungi tempat tersebut dan
langsung saja bergegas menuju lokasi yang berada tidak jauh dari hotel
tersebut. Melangkah ke stasiun tersebut saya melewati sebuah keramaian yang menurut
penduduk sekitar dinamakan pasar pagi. Selain itu stasiun tersebut tidak begitu
jauh lokasinya dari Pusat Kuliner kota Serang, namun jangan harap menemukan
aneka macam makanan yang lezat di tempat itu justru kita hanya menemukan aneka
penjual batu yang sekarang sedang memang marak di banyak tempat.
![]() |
Gedung Denpom III/4 Serang |
Begitu sampai di pinggir rel
kereta api saya langsung melihat deretan bangunan khas kolonial yang berada di
sisi rel tersebut. Saya pun menghampiri satu bangunan yang menurut saya adalah
stasiun Serang, namun setelah saya bertanya kepada salah satu petugas ternyata
itu adalah Kantor Sintel (Sinyal dan Telekomunikasi) dan stasiun kereta api tidak
jauh dari kantor tersebut. Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada begitu
sampai di kantor Sintel tersebut dan langsung mengambil kamera di handphone
saya untuk mengabadikan beberapa bangunan peninggalan Belanda di stasiun
tersebut. Saya mendapatkan banyak informasi mengenai fungsi bangunan-bangunan
dari petugas sintel tersebut.
![]() |
Lori yang digunakan untuk meluruskan rel dengan latar belakang tempat pengisian air untuk kereta uap |
Setelah pamit saya kemudian
melangkahkan kaki menuju stasiun serang yang berjarak tidak jauh dari kantor
tersebut. Mungkin karena saya orang jauh dan selalu memfoto apa yang saya lihat
masyarakat sekitar pun memandangi saya dengan mimik muka yang bertanya-tanya.
Setelah sampai di stasiun saya sudah disambut oleh anak-anak sd yang sedang
melakukan study tour di stasiun tersebut. Setelah puas melihat stasiun yang
terletak di jalan Kitapa tersebut saya memutuskan untuk kembali ke hotel dan
tak lupa mengabadikan bangunan yang juga dijadikan sebagai benda cagar budaya
oleh Pemprov Banten.
![]() |
Stasiun kereta api Serang |
Sekitar jam 11 panggilan hati
untuk memberi makan cacing di perut saya pun tak terelakkan lagi, saya pun
memutuskan untuk makan di salah satu warteg di perempatan jalan Tirtayasa dan
Maulana Yusuf. Setelah selesai makan saya pun pergi ke Masjid Agung Serang
untuk sekedar beristirahat dan menunggu waktu shalat dzuhur. Disaat yang
bersamaan hujan pun turun dan saya memutuskan untuk menuju hujan reda sambil
istirahat dan menunggu bapak saya selesai rapat. Baru sekitar jam 3 sore rapat
pun selesai dan bersamaan dengan itu pula saya bersama bapak dan teman-temannya
kembali ke Tangerang. Sebuah pengalaman yang mengasyikan bagi saya dan suatu
saat saya akan datang kembali menjelajahi kota Serang.
![]() |
Bangunan peninggalan Belanda di jalan Kitapa |