Melihat kiprah TNI dalam menjaga
kedaulatan Negara tentu sudah tidak diragukan lagi pengorbanannya. Saat
kedaulatan Negara terancam oleh pihak-pihak yang ingin merusak kenyamanan
tersebut baik itu berasal dari dalam maupun dari luar NKRI, TNI berada di garis
depan dalam menjaga semuanya karena hal tersebut sudah menjadi harga mati. Tak
terhitung berapa banyak pengorbanan yang dilakukan oleh TNI untuk menjaga itu
semua mulai dari Indonesia merdeka sampai saat ini. Tentunya jasa-jasa mereka
dalam menjaga keutuhan NKRI ini akan tetap dikenang sebagai kusuma bangsa.
Pengorbanan yang dilakukan dalam
menjaga keutuhan NKRI tentu dilakukan juga oleh seluruh anggota TNI AL tak
terkecuali bagi mereka yang lulus dari Akademi Angkatan Laut. Tidak sedikit
para ksatria “Moro Krembangan” ini yang gugur dalam menjaga keutuhan NKRI
semenjak angkatan pertama akademi ini lulus pada tahun 1954. Panggilan jiwa
untuk menjaga keutuhan NKRI adalah semangat yang mereka tanam saat masih
menjadi kadet di almamater kebanggaan mereka. Menjalankan tugas dengan
sebaik-baiknya meskipun nyawa menjadi taruhannya sudah menjadi resiko yang
diambil karena kegagalan dalam tugas adalah sebuah cela yang harus dihindari
sesuai dengan semboyan dari Akademi Angkatan Laut yaitu Hree Dharma Shanty yang berarti Malu Berbuat Cela. Berikut ini
adalah para mantan kadet dari Akademi Angkatan Laut yang gugur dalam menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Kapten Wiratno, Lulusan AAL Angkatan I (1954), Korps Pelaut
Nama ini tentunya tidak asing bagi
seluruh khalayak TNI AL karena jasa dan peran besarnya dalam mengmbalikan Irian
Barat menjadi bagian dari NKRI. Wiratno merupakan Komandan KRI Macan Tutul yang
gugur ketika kapalnya karam ditembak pesawat Neptune milik militer Belanda yang
saat itu tengah berada di sekitar Laut Arafuru (Laut Aru), bersamanya ikut
gugur pula Deputi 1 KSAL Laksamana Yos Sudarso dan peristiwa ini terjadi pada
tanggal 15 Januari 1962. Untuk menghormati jasa-jasanya maka nama Kapten
Wiratno diabadikan menjadi nama kapal perang milik TNI AL yaitu KRI Wiratno
379.
Kapten Memet Sastrawiria, Lulusan AAL Angkatan II (1955), Korps Pelaut
Namanya mungkin tidak begitu
dikenal dibandingkan Kapten Wiratno dan Laksamana Yos Sudarso namun Kapten
Memet Sastrawiria termasuk berperan besar dalam mengembalikan Irian Barat
menjadi bagian dari NKRI. Memet Sastrawiria saat itu menjadi ajudan dari Laksamana Yos Sudarso yang saat itu berada
di atas KRI Macan Tutul sehingga saat
pesawat Neptune milik militer Belanda itu menembak kapal tersebut dan karam
pada tanggal 15 Januari 1962 maka Kapten Memet Sastrawiria ikut gugur dalam
peristiwa tersebut. Untuk menghormati jasa-jasanya maka nama Kapten Memet
Sastrawiria diabadikan menjadi nama kapal perang milik TNI AL yaitu KRI Memet
Sastrawiria 380.
Letnan Laut Tjiptadi, Lulusan AAL Angkatan VIII (1961), Korps Pelaut
Letnan Laut Tjiptadi termasuk
mantan kadet AAL yang gugur dalam peristiwa Laut Aru saat KRI Macan Tutul ditembak oleh pesawat
Neptune milik militer Belanda sehingga kapal tersebut karam pada tanggal 15
Januari 1962. Saat terjadinya peristiwa tersebut, Letnan Laut Tjiptadi
sebenarnya baru saja lulus dari AAL setahun sebelumnya. Untuk menghormati
jasa-jasanya maka nama Letnan Laut Tjiptadi diabadikan menjadi nama kapal
perang milik TNI AL yaitu KRI Tjiptadi 381.
Kapten KKO Supraptono, Lulusan AAL Angkatan IV (1957), Korps Marinir
Kapten KKO Supraptono gugur dalam
operasi penumpasan gerombolan DI/TII di Sulawesi Selatan dan sisa-sisa
pemberontak PERMESTA serta tergabung dalam Operasi Tumpas. Kapten KKO
Supraptono saat itu bertugas sebagai Komandan Detasemen Amphibi KKO AL III
dalam operasi Tumpas. Namun selanjutnya ia gugur sehingga tugasnya digantikan
kepada Kapten KKO Winarto pada bulan Juli 1964.
Kapten KKO Sutedi Senoputra, Lulusan AAL Angkatan V (1958), Korps
Marinir
Kapten KKO Sutedi Senoputra
merupakan mantan kadet AAL yang gugur dalam peristiwa penumpasan PERMESTA di
Sulawesi Utara dan tergabung dalam Operasi Gondomono. Ia gugur pada tanggal 16
Januari 1960 selanjutnya ia dimakamkan di TMP Kairagi, Manado. Untuk
menghormati jasa-jasanya maka namanya diabadikan menjadi nama Ksatrian Marinir
Sutedi Senoputra Bhumi Marinir Karang Pilang, Surabaya dan nama kapal perang
milik TNI AL yaitu KRI Sutedi Senoputra 378.
Letnan KKO Sutanto, Lulusan AAL Angkatan VIII (1961), Korps Marinir
Teman sengkatan Letnan Laut
Tjiptadi ini gugur ketika terjadinya konfrontasi antara Indonesia dengan
Malaysia. Letnan KKO Sutanto saat itu
bertugas sebagai Komandan Peleton Khusus (Ton X) dalam bidang Intelijen dan
ditugaskan untuk mengawasi pemusatan lawan di Matandak. Namun dalam perjalanan bersama para
anggotanya, ia terlibat kontak tembak dengan pihak lawan yang menyebabkan ia
gugur dan jenazahnya baru ditemukan pada tanggal 17 Oktober 1963.
Kapten Mar Tamba Tua Marpaung, Lulusan AAL Angkatan XI (1965), Korps Marinir
Kapten Mar T.T. Marpaung
ditugaskan di Timor-Timur bersama Pasukan Marinir 3 dan bertugas sebagai
Perwira Seksi 2. Konsentrasi Pasukan marinir 3 berada di sekitar Baeco di
wilayah selatan Timor-Timur. Kapten Mar T.T. Marpaung gugur pada tanggal 20
Februari 1976.
Kapten Mar Paulus Edward Dauhan, Lulusan AAL Angkatan XVI (1970), Korps
Marinir
Teman seangkatan mantan KSAL
Laksamana Bernard Kent Sondakh saat di AAL ini tergabung dalam Pasukan Marinir
6 yang ditugaskan di Timor-Timur. Kapten Mar Paulus Edward Dauhan gugur ketika terjadi
kontak senjata pada tanggal 6 Juni 1977.
Lettu Mar Jusman Puger, Lulusan AAL Angkatan XVIII (1972), Korps
Marinir
Lettu Mar Jusman Puger ditugaskan
di Timor-Timur bersama Pasukan Marinir 5 dan bertugas sebagai Komandan Peleton
Kompi D. Lettu Mar Jusman Puger gugur pada tanggal 26 Juli 1976.
Lettu Mar FX. Supramono, Lulusan AAL Angkatan XIX (1973), Korps Marinir
Lettu Mar FX. Supramono merupakan
mantan kadet AAL yang ketika masa awal Operasi Seroja ditugaskan di Timor-Timur
bersama Pasukan Marinir 1 yang inti kekuatannya berasal dari Batalyon 5 Marinir
Surabaya. Lettu Mar FX. Supramono termasuk pasukan awal yang masuk ke kota Dili
pada tanggal 7 Desember 1975, saat itu ia bertugas sebagai Komandan peleton
Infanteri Kompi G. Ia gugur saat mengamankan wilayah simpang tiga tibar yang
tidak jauh dari kota Dili pada tanggal 8 Januari 1976. Untuk menghormati
jasa-jasanya maka namanya diabadikan menjadi nama lapangan tembak FX. Supramono
Bumi Marinir Karang Pilang, Surabaya.
Lettu Mar Widjajadi, Lulusan AAL Angkatan XIX (1973), Korps Marinir
Teman seangkatan Lettu Mar FX.
Supramono ini ditugaskan di Timor-Timur bersama Pasukan Marinir 8 dan bertugas
sebagai Komandan Kompi D. Lettu Mar Widjajadi selanjutnya disertakan dalam
Operasi Bedah Marinir 77 di Sektor Selatan. Namun dalam perkembangannya operasi
ini tidak berjalan dengan baik karena kurangnya perencanaan mengingat medan
operasi yang begitu berat di sekitar Gunung Matabean sehingga menimbulkan
korban di pihak Pasukan Marinir 8. Akibat beratnya medan operasi maka ia dan pasukannya sebanyak satu peleton
justru hilang dan hingga saat ini tidak diketemukan.
Mayor Laut (T) Heddy Kurniadi, Lulusan AAL Angkatan XXI (1975), Korps Teknik
Mayor Laut (T) Heddy Kurniadi berasal dari Satudarma/Armatim yang gugur pada tahun 1987 di Timor-Timur.
Lettu Laut (P) Toto Sukarwiyanto, Lulusan AAL Angkatan XXVII (1982), Korps Pelaut
Lettu Laut (P) Toto Sukarwiyanto berasal dari Satudarma/Armatim yang gugur pada tahun 1987 di Timor-Timur.
Letda Mar I Made Suria Yadnya & Letda Mar Macruf Mahasein, Lulusan
AAL Angkatan XXIX (1984), Korps Marinir
Kedua mantan kadet AAL seangkatan
ini ditugaskan di Timor-Timur dan tergabung dalam Satuan Tugas Pasopati yang
diberangatkan pada bulan Oktober 1985 yang inti kekuatannya berasal dari Yonif
1 Marinir. Letda Mar I Made Suria Yadnya
bertugas sebagai Komandan peleton I Kompi B Letda Mar Macruf Mahasein bertugas sebagai Komandan Peleton II Kompi
A. Pada tanggal 20 Desember 1985 terjadi
penghadangan yang dilakukan oleh pihak musuh yang menyebabkan gugurnya 11
anggota Satgas Pasopati termasuk kedua mantan kadet AAL angkatan XXIX ini
berikut persenjataan mereka yang dirampas oleh musuh, keduanya selanjutnya dimakamkan di TMP Seroja Kailara-Baucau.
Mayor Mar Edianto Abbas, Lulusan AAL Angkatan XXXI (1986), Korps
Marinir
Pria asli daerah Aceh ini
ditugaskan di tanah kelahirannya dalam rangka operasi pemulihan keamanan sebaga
Komandan Satuan Tugas Rencong Sakti XI yang berintikan pasukan dari Yonif 3
Marinir Surabaya pada tanggal 30 Juli 1998. Mayor Mar Edianto Abbas gugur saat
ia sedang menengahi kasus yang menimpa anggotanya saat bertugas di wilayah Aceh
Utara namun karena adanya hasutan dari anggota GAM maka terjadilah penyekapan
terhadap Mayor Mar Edianto Abbas sampai akhirnya ia dibunuh. Setelah dilakukan
pencarian akhirnya jasad Mayor Mar
Edianto Abbas ditemukan dan selanjutnya dibawa ke Jakarta dan dimakamkan di TMP
Kalibata, Jakarta.
Mayor Laut (P) Suwelo Wibisono, Lulusan AAL Angkatan XX (1987), Korps Pelaut
Mayor Laut (P) Suwelo Wibisono gugur dalam peristiwa jatuhnya pesawat Nomad N-22 yang jatuh pada tanggal 4 Mei 1987 di perairan Pulau Mapur, Desa Kawal, Kabupaten Bintan. bangkai pesawatnya baru ditemukan 20 tahun kemudian namun sayangnya jasad Mayor Wibisono tidak ditemukan.
Mayor Laut (P) Suwelo Wibisono, Lulusan AAL Angkatan XX (1987), Korps Pelaut
Mayor Laut (P) Suwelo Wibisono gugur dalam peristiwa jatuhnya pesawat Nomad N-22 yang jatuh pada tanggal 4 Mei 1987 di perairan Pulau Mapur, Desa Kawal, Kabupaten Bintan. bangkai pesawatnya baru ditemukan 20 tahun kemudian namun sayangnya jasad Mayor Wibisono tidak ditemukan.
Kolonel Laut (P) Harry Setyawan, Lulusan AAL Angkatan XLIII (1997), Korps Pelaut
Kolonel Laut (P) Harry Setyawan gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira menengah ini bertugas sebagai Komandan Satuan Kapal Selam Koarmada II. Beberapa jabatan pernah dipegang diantaranya sebagai Komandan Lanal Ranai, Natuna dan Asops Dangukamla serta Komandan Kapal Selam KRI Nagapasa 403. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Kolonel Laut (P) Harry Setyawan gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira menengah ini bertugas sebagai Komandan Satuan Kapal Selam Koarmada II. Beberapa jabatan pernah dipegang diantaranya sebagai Komandan Lanal Ranai, Natuna dan Asops Dangukamla serta Komandan Kapal Selam KRI Nagapasa 403. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Letda Mar Karno, Lulusan AAL Angkatan XLVII (2001), Korps Marinir
Pria asli Wonogiri ini ditugaskan
di Aceh saat wilayah di ujung barat Indonesia ini sedang diberlakukan darurat
militer. Saat itu ia tergabung dalam Detasemen Rajawali IV dan Letda Mar Karno
berasal dari Batalyon V Marinir. Pada tanggal 9 Juni 2003, ia dan pasukannya
terlibat kontak tembak dengan GAM di sekitar Alue Papen, Peusangan Bireun ketika
iring-iringan kendaraannya ditembak oleh GAM. Ia saat itu bertugas sebagai
danton, namun dalam kontak tembak tersebut ia tertembak dan gugur bersama lima
pasukannya dan jasadnya kemudian dimakamkan di Wonogiri tepatnya di TMP
Wonogiri.
Letkol Laut (P) Heri Oktavian, Lulusan AAL Angkatan XLVIII (2002), Korps Pelaut
Letkol Laut (P) Heri Oktavian gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira menengah ini bertugas sebagai Komandan KRI Nanggala 402 setelah sebelumnya bertugas sebagai Komandan Sekolah Kapal Selam. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Letkol Laut (P) Heri Oktavian gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira menengah ini bertugas sebagai Komandan KRI Nanggala 402 setelah sebelumnya bertugas sebagai Komandan Sekolah Kapal Selam. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Letkol Laut (E) Irfan Suri, Lulusan AAL Angkatan XLVIII (2002), Korps Elektro
Letkol Laut (E) Irfan Suri gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira menengah ini turut serta sebagai dalam pelayaran kapal selam tersebut sebagai non abk. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Letkol Laut (E) Irfan Suri gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira menengah ini turut serta sebagai dalam pelayaran kapal selam tersebut sebagai non abk. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Mayor Laut (P) Eko Firmanto, Lulusan AAL Angkatan LIII (2007), Korps Pelaut
Mayor Laut (P) Eko Firmanto gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira pertama asal Bali yang tinggal lama di Gorontalo ini bertugas sebagai Palaksa KRI Nanggala 402. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Mayor Laut (P) Eko Firmanto gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira pertama asal Bali yang tinggal lama di Gorontalo ini bertugas sebagai Palaksa KRI Nanggala 402. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Mayor Laut (E) Fidhelis Whilly Harsono Putra, Lulusan AAL Angkatan LIII (2007), Korps Elektro
Mayor Laut (E) Fidhelis Whilly Harsono Putra gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira menengah ini turut serta sebagai dalam pelayaran kapal selam tersebut sebagai non abk. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Mayor Laut (E) Fidhelis Whilly Harsono Putra gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira menengah ini turut serta sebagai dalam pelayaran kapal selam tersebut sebagai non abk. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Kapten Laut (P) Haryanto, Lulusan AAL Angkatan LIII (2007), Korps Pelaut
Kapten Laut (P) Haryanto gugur dalam tugas dalam peristiwa jatuhnya helikopter Basarnas di Temanggung, Jawa Tengah pada tanggal 2 Juli 2017. Perwira pertama ini gugur saat menerbangkan helikopter AS365N3 Dauphin bersama Kapten Laut (P) Li Solihin. Kapten Laut (P) Haryanto selanjutnya diberikan kenaikan pangkat satu tingkat menjadi Mayor Laut Anumerta.
Kapten Laut (P) Haryanto gugur dalam tugas dalam peristiwa jatuhnya helikopter Basarnas di Temanggung, Jawa Tengah pada tanggal 2 Juli 2017. Perwira pertama ini gugur saat menerbangkan helikopter AS365N3 Dauphin bersama Kapten Laut (P) Li Solihin. Kapten Laut (P) Haryanto selanjutnya diberikan kenaikan pangkat satu tingkat menjadi Mayor Laut Anumerta.
Kapten Laut (P) Li Solihin, Lulusan AAL Angkatan LV (2009), Korps Pelaut
Kapten Laut (P) Li Solihin gugur dalam tugas dalam peristiwa jatuhnya helikopter Basarnas di Temanggung, Jawa Tengah pada tanggal 2 Juli 2017. Perwira pertama asal Cirebon tersebut bertugas sebagai co Pilot helikopter AS365N3 Dauphin. Kapten Laut (P) Li Solihin selanjutnya diberikan kenaikan pangkat satu tingkat menjadi Mayor Laut Anumerta.
Kapten Laut (P) Li Solihin gugur dalam tugas dalam peristiwa jatuhnya helikopter Basarnas di Temanggung, Jawa Tengah pada tanggal 2 Juli 2017. Perwira pertama asal Cirebon tersebut bertugas sebagai co Pilot helikopter AS365N3 Dauphin. Kapten Laut (P) Li Solihin selanjutnya diberikan kenaikan pangkat satu tingkat menjadi Mayor Laut Anumerta.
Kapten Laut (P) I Gede Kartika, Lulusan AAL Angkatan LV (2009), Korps Pelaut
Kapten Laut (P) I Gede Kartika gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira pertama asal Bali yang tinggal lama di Gorontalo ini bertugas sebagai Kadepops KRI Nanggala 402. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Kapten Laut (P) I Gede Kartika gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira pertama asal Bali yang tinggal lama di Gorontalo ini bertugas sebagai Kadepops KRI Nanggala 402. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Letda Laut (P) Ady Sonata, S.T.(Han), Lulusan AAL Angkatan LIX (2014), Korps Pelaut
Letda Laut (P) Adi Sonata, S.T.(Han) gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Saat itu ia bertugas sebagai Kadivdalsen KRI Nanggala 402. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Letda Laut (P) Adi Sonata, S.T.(Han) gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Saat itu ia bertugas sebagai Kadivdalsen KRI Nanggala 402. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Letda Laut (P) Muh. Imam Adi Aji, S.Tr.(Han), Lulusan AAL Angkatan LX (2015), Korps Pelaut
Letda Laut (P) Imam Adi, S.Tr.(Han) gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Letda Laut (P) Imam Adi, S.Tr.(Han) gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Lettu Laut (P) Judistira Eka Permady, Lulusan AAL Angkatan LXII (2017), Korps Pelaut
Lettu Laut (P) Judistira Eka Permady gugur dalam tugas dalam peristiwa jatuhnya Pesawat Latih G-36 Bonanza milik TNI AL di Selat Madura pada tanggal 7 September 2022. Perwira pertama asal Bondowoso tersebut bertugas sebagai pilot pesawat latih tersebut. Lettu Laut (P) Judistira Eka Permady selanjutnya diberikan kenaikan pangkat satu tingkat menjadi Kapten Laut Anumerta dan dimakamkan di Taman Makam Bahagia Surabaya.
Letda Laut (T) Rhesa Tri Utomo, S.Tr.(Han), Lulusan AAL Angkatan LXIII (2018), Korps Teknik
Letda Laut (T) Rhesa Tri Utomo, S.Tr.(Han) gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Saat itu ia bertugas sebagai Kepala Divisi Mesin KRI Nanggala 402. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
Letda Mar M. Iqbal,S.Tr. (Han), Lulusan AAL Angkatan LXIII (2018), Korps Marinir
Letda Mar M. Iqbal,S.Tr. (Han) gugur dalam penugasan di Papua tepatnya di Distrik Kenyam Kabupaten Nduga. Letda Mar M. Iqbal,S.Tr. (Han) yang bertugas di Yonif 3 Marinir pada saat itu tergabung dalam Satuan Tugas Muara dan Perairan (Satgas Mupe) sebagai Komandan Pos Quary Bawah. Pada tanggal 26 Maret 2022, pos yang ditempatinya ditembaki oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya hingga menyebabkan ia gugur bersama satu orang anggotanya. Letda Mar M. Iqbal,S.Tr. (Han) selanjutnya dimakamkan di kampung halamanya di Kabupaten Konawe.
Nama Kapten Mar T.T. Marpaung dan Lettu Mar Jusman Puger terpatri di Monumen Seroja-Cilangkap
Itulah beberapa alumni Akademi Angkatan Laut yang gugur saat menjalankan tugas negara, meskipun jiwa raga telah dikorbankan namun jasa mereka akan tetap selalu dikenang.
Sumber:
- 60 tahun pengabdian Korps Marinir