Meskipun telah hampir 20 tahun
melepaskan diri dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
Timor-Timur yang kini telah menjadi sebuah negara dengan sebutan Timor Leste masih
menyimpan “Jejak Merah Putih” dalam berbagai sisi kehidupan masyarakatnya. Hal
tersebut wajar terjadi mengingat hampir 23 tahun sebelumnya merah putih pernah
berkibar di bumi lorosae. Kehadiran Indonesia di masa lalu tersebut menjadi
sejarah tersendiri bagi negara yang pernah mengalami penjajahan selama ratusan
tahun oleh Portugal ini. Rasa Indonesia yang masih terasa ialah penggunaan
Bahasa, walaupun bahasa resmi di Timor Leste saat ini ialah Bahasa Tetun dan
Bahasa Portugal namun penggunaan Bahasa Indonesia masih digunakan secara luas
di kalangan masyarakat di Timor Leste. Bagi masyarakat Timor Leste yang dahulu sempat
mengenyam pendidikan sekolah pada masa Indonesia tentunya Bahasa Indonesia saat
itu menjadi Bahasa sehari-hari yang digunakan.
Bahasa Indonesia menjadi Bahasa yang
penting saat ini bagi masyarakat di Timor Leste terutama bagi generasi muda di
negeri tersebut mengingat banyak dari mereka yang kini melanjutkan pendidikan tingginya
di berbagai kampus di wilayah Indonesia sehingga penguasaan terhadap Bahasa
Indonesia menjadi sangat penting. Yang menarik ialah hampir sebagian besar
menteri yang menjabat di negara tersebut adalah lulusan Perguruan Tinggi di
Indonesia sehingga ketika kedua negara bertemu dalam hubungan bilateral Bahasa
yang digunakan ialah Bahasa Indonesia, salah satunya Menteri Dalam Negeri Timor
Leste yaitu Longuinhos Monteiro yang merupakan lulusan dari Undiknas Bali.
Selain itu masih dapat dilihatnya
jaringan stasiun televisi dari Indonesia di Timor Leste secara tidak langsung
membuat masyarakat di negara tersebut masih dapat merasakan “Rasa Indonesia”. Meskipun
Timor Leste saat ini memiliki stasiun televisi sendiri yaitu Televisao Timor Leste (TVTL) namun
acara-acara di stasiun televisi Indonesia masih sangat digandrungi oleh
masyarakat di Timor Leste. Kemudian ada pula salah satu harian surat kabar di
Timor Leste yang telah berdiri sejak zaman Indonesia yaitu Suara Timor-Timur yang kini masih tetap mempertahankan identitas
Indonesianya dari nama harian surat kabarnya. Harian tersebut kini bernama Suara Timor Lorosae yang dipimpin oleh
Xalvador Ximenes Soares yang pernah bertugas sebagai anggota DPR RI perwakilan
dari Provinsi Timor-Timur.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan
ekonomi masyarakat di Timor Leste sebagian besar masih disuplai dari wilayah
Indonesia. Hal ini semakin menambah “Rasa Indonesia” di Timor Leste maka
janganlah heran apabila menemui produk-produk kebutuhan pokok buatan Indonesia di
negara tersebut. Selain itu produk otomotif di negara tersebut terutama
kendaraan roda dua didominasi oleh produk dari Indonesia bahkan bus yang
digunakan di wilayah Timor Leste umumnya sama seperti bus yang digunakan pula
di wilayah Nusa Tenggara Timur seperti di Kupang dan Atambua. Ketergantungan
Timor Leste dengan Indonesia disebabkan salah satunya oleh faktor geografis
karena negara yang paling dekat dan berbatasan langsung dengan negara tesebut
ialah Indonesia, selain itu Timor Leste belum bisa untuk memproduksi barang-barang
tersebut sehingga mereka masih mengandalkan Indonesia untuk urusan tersebut.
![]() |
Gedung Kedubes Australia di Timor Leste (Eks Gedung PT. Taspen) |
“Jejak Merah Putih” lainnya yang masih
terasa di Timor Leste yaitu banyaknya bangunan peninggalan Indonesia yang masih
digunakan hingga saat ini. Bangunan peninggalan Indonesia yang masih digunakan
dengan baik diantaranya yaitu Gedung Perpustakaan Daerah Provinsi Timor-Timur
yang kini menjadi Gedung Ministerio da
Interior (Kementerian Dalam Negeri Timor Leste) selanjutnya Gedung
Departemen Kesehatan Provinsi Timor-Timur kini menjadi Gedung Ministerio da Saude (Kementerian
Kesehatan Timor-Timur) kemudian Rumah Dinas Gubernur Timor-Timur yang kini
menjadi Kedutaan Besar Amerika Serikat. Selanjutnya ada pula Gedung PT. Taspen
yang kini beralih fungsi menjadi Kedutaan Besar Australia. Ada pula Gedung
Kepolisian Daerah Timor-Timur (Polda Timor-Timur) yang kini difungsikan sebagai
Academia Policia Timor Leste (Akademi Kepolisian Timor Leste). Selain itu
sekolah-sekolah peninggalan Indonesia masih difungsikan dengan baik di Timor
Leste seperti SMA Negeri 1 Dili yang diresmikan oleh Sekjen Depdikbud pada saat
itu. Fasilitas lain yang dibangun oleh Indonesia saat itu ialah Jembatan Loes
di Bobonaro yang diresmikan oleh Menteri Muda perencanaan Pembangunan Nasional
saat itu Prof. Dr. Mulyana.
![]() | |||
Gedung Kementerian Dalam Negeri Timor Leste (Eks Perpustakaan Daerah Prov. Timor-Timur) |
Inilah bukti meskipun telah hampir
dua dekade berpisah namun “Jejak Merah Putih” masih tetap terasa di bumi lorosae.
Semoga saja hubungan kedua negara yang bersahabat ini tetap berlangsung dengan
baik dan melupakan masa lalu yang pernah terjadi.