Pasca
Reformasi tahun 1998, beberapa wilayah di Indonesia masih terjadi gejolak
antara pemerintah pusat dengan gerakan separatis yang ingin melepaskan diri
dari wilayah NKRI. Irian Jaya (Papua kini), Timor-Timur dan Aceh merupakan
wilayah yang ingin melepaskan diri dari bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) bahkan Timor-Timur di tahun 1999 berhasil melepaskan diri dari Indonesia
setelah diadakannya Referendum/Jajak pendapat dimana mayoritas rakyat
Timor-Timur memilih untuk berpisah dari Indonesia.
Pada masa
pemerintahan Presiden Megawati Sukarnoputri di Aceh diberlakukan Darurat
Militer pada tahun 2003 hingga tahun 2004. Wilayah Aceh sebelumnya memang sudah
lekat dengan operasi militer dari sejak munculnya Darul Islam pada masa Daud
Beureuh hingga munculnya Gerakan Aceh Merdeka pimpinan Hasan Tiro. Tujuan Darurat
Militer ini ialah untuk menghancurkan kekuatan gerakan separatis yaitu Gerakan
Aceh Merdeka sehingga untuk mendukung operasi ini maka didatangkanlah pasukan TNI/POLRI
dari luar wilayah Aceh.
Selama
diberlakukannya Darurat Militer di Aceh tidak sedikit prajurit TNI yang gugur ketika
menghadapi gerakan separatis GAM. Diantara prajurit yang gugur tersebut
terdapat pula para perwira lulusan Akademi Militer yang rela mengorbankan jiwa
dan raganya demi keutuhan NKRI. Para ksatria Lembah Tidar yang gugur tersebut
ada yang gugur karena pertempuran secara langsung dan ada pula yang gugur
akibat kecelakaan dan juga tsunami pada tahun 2004.
Berikut ini
para alumni Lembah Tidar yang gugur selama diberlakukannya Darurat Militer di
Aceh:
Akmil 1988
1. Letda Inf Dede Sumarna, beliau gugur di Aceh pada tahun 1990 dan bertugas di Batalyon Infanteri Lintas Udara 100/Prajurit Setia.
2. Letkol
Inf Suparman, beliau gugur di
Aceh pada tahun 2004 dalam kecelakaan Helikopter Bell 205 Puspenerbad di
wilayah Takengon, Aceh. Pada saat peristiwa naas tersebut terjadi beliau
menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri 320/Badak Putih. Jenazahnya
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusuma Bakti, Solo.
3. Letkol
Inf Tugas Wignyo, beliau gugur di
Aceh pada tahun 2005 dalam kecelakaan Pesawat TNI-AU CN-235 di Bandara
Malikussaleh, Lhokseumawe. Saat itu beliau menjabat sebagai Komandan Batalyon
Infanteri 521/Dadaha Yudha yang sedang melaksanakan tugas operasi di Aceh. Jenazahnya
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kota Batu, Malang.
Akmil 1989
Letkol Inf
Tito Otman, beliau gugur di Aceh pada tahun 2005
dalam kecelakaan Pesawat TNI-AU CN-235 di Bandara Malikussaleh, Lhokseumawe.
Saat itu beliau menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri 312 Kala Hitam yang
sedang melaksanakan tugas operasi di Aceh. Letkol Inf Tito Otman merupakan
Sultan Deli XII yang bergelar Tuanku Tito Otteman Mahmud Perkasa Alam, jenazahnya selanjutnya dimakamkan di kota Medan.
Akmil 1993
1. Mayor
Inf Yuchi Rantesalu, beliau gugur di
Aceh pada tahun 2004 dalam kecelakaan Helikopter Bell 205 Puspenerbad di
wilayah Takengon, Aceh.
2. Mayor
Inf Taufan Ventiyo Sumantri, beliau
gugur di Aceh pada tahun 2005 dalam kecelakaan Pesawat TNI-AU CN-235 di Bandara
Malikussaleh, Lhokseumawe. Saat itu beliau menjabat sebagai Kepala Staf Kodim
0105 Aceh Barat. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra,
Bandung.
Akmil 1994
Kapten Inf Abdurrahman, beliau gugur pada tahun 2003 dalam kontak senjata menghadapi Gerakan
Aceh Merdeka di wilayah di Aceh Selatan dan berasal dari Batalyon 11 Kopassus.
Akmil 1995
1. Kapten Inf Marza Khamsa, beliau gugur pada tahun 2002 dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka dan berasal dari Batalyon Infanteri Raider 100/Prajurit Setia.
2. Kapten Inf Karimin, beliau yang berasal dari Wonogiri ini gugur dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka.
Akmil 1996
Kapten Inf Parminto, beliau berasal dari kesatuan Kopassus dan gugur dalam kontak senjata
menghadapi Gerakan Aceh Merdeka
Akmil 1997
1. Lettu
Inf Kusnul Marom, beliau gugur pada
tahun 2001 dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka di wilayah Aceh
Utara. Saat itu ia bertugas sebagai Komandan Peleton di Yonif 401/Banteng
Raiders.
2. Lettu
Inf Amron Turnip, beliau gugur dalam
kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka di wilayah Aceh Utara. Saat itu
ia bertugas sebagai Komandan Peleton di Yonif 144/Jaya Yudha.
3. Lettu
Inf Hendra David Sitompul, beliau
gugur pada tahun 2001 dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka di
wilayah Aceh Utara. Saat itu ia bertugas sebagai Komandan Peleton di Yonif
Linud 612/Modang. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kesuma
Dharma, Pekanbaru.
4. Lettu Cam
Erwin Koernianto Notokusumo, beliau
gugur dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka di wilayah
Lhokseumawe.
Akmil 1998
Lettu Inf Dedy Hermansyah, beliau berasal
gugur dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh
Merdeka di Aceh Selatan dan pada saat itu ia bertugas sebagai Komandan Peleton di Yonif 512/QY.
Akmil 1999
Lettu Inf Welmy Alex Tamaela, beliau berasal
dari kesatuan Kostrad dan gugur dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh
Merdeka
Akmil 2000
Lettu Inf
Triyudi Andika, beliau berasal
dari kesatuan Kopassus dan gugur dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh
Merdeka
Akmil 2002
Letda Czi
Dwi Yudha Febrianto, beliau gugur pada
tahun 2004 dalam kecelakaan Helikopter Bell 205 Puspenerbad di wilayah Takengon,
Aceh. Pada saat peristiwa naas tersebut terjadi ia menjabat sebagai Komandan
Rayon Militer 18/Uleule dan Staf Operasi Korem 012 Meulaboh, Jenazahnya
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Mayjen Sungkono, Surabaya.
Akmil 2003
1. Letda Inf Andi Utama, beliau gugur di Aceh pada tahun 2004 dalam peristiwa Tsunami yamg melanda wilayah, Aceh.
2. Letda Inf Thakiyuddin, beliau gugur di Aceh pada tahun 2004 dalam peristiwa Tsunami yamg melanda wilayah, Aceh.
Dengan adanya kotak damai antara Pemerintah RI dan GAM pada tahun 2005 menandai usainya konflik yang telah terjadi puluhan tahun lamanya. Tentu pengorbanan para ksatria Lembah Tidar yang telah mengorbankan jiwa dan raga mereka selama bertugas di Aceh tersebut tidaklah sia-sia. Aceh yang dahulu dikenal sebagai daerah konflik kini telah berubah menjadi wilayah yang aman dan damai.
(M. Alfian Nugraha Fauzi)