Thursday, June 13, 2019

Para Ksatria Lembah Tidar yang gugur di Aceh


Pasca Reformasi tahun 1998, beberapa wilayah di Indonesia masih terjadi gejolak antara pemerintah pusat dengan gerakan separatis yang ingin melepaskan diri dari wilayah NKRI. Irian Jaya (Papua kini), Timor-Timur dan Aceh merupakan wilayah yang ingin melepaskan diri dari bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bahkan Timor-Timur di tahun 1999 berhasil melepaskan diri dari Indonesia setelah diadakannya Referendum/Jajak pendapat dimana mayoritas rakyat Timor-Timur memilih untuk berpisah dari Indonesia. 

Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Sukarnoputri di Aceh diberlakukan Darurat Militer pada tahun 2003 hingga tahun 2004. Wilayah Aceh sebelumnya memang sudah lekat dengan operasi militer dari sejak munculnya Darul Islam pada masa Daud Beureuh hingga munculnya Gerakan Aceh Merdeka pimpinan Hasan Tiro. Tujuan Darurat Militer ini ialah untuk menghancurkan kekuatan gerakan separatis yaitu Gerakan Aceh Merdeka sehingga untuk mendukung operasi ini maka didatangkanlah pasukan TNI/POLRI dari luar wilayah Aceh.

Selama diberlakukannya Darurat Militer di Aceh tidak sedikit prajurit TNI yang gugur ketika menghadapi gerakan separatis GAM. Diantara prajurit yang gugur tersebut terdapat pula para perwira lulusan Akademi Militer yang rela mengorbankan jiwa dan raganya demi keutuhan NKRI. Para ksatria Lembah Tidar yang gugur tersebut ada yang gugur karena pertempuran secara langsung dan ada pula yang gugur akibat kecelakaan dan juga tsunami pada tahun 2004. 

Berikut ini para alumni Lembah Tidar yang gugur selama diberlakukannya Darurat Militer di Aceh:

Akmil 1988
1. Letda Inf Dede Sumarna, beliau gugur di Aceh pada tahun 1990 dan bertugas di Batalyon Infanteri Lintas Udara 100/Prajurit Setia.

2. Letkol Inf Suparman, beliau gugur di Aceh pada tahun 2004 dalam kecelakaan Helikopter Bell 205 Puspenerbad di wilayah Takengon, Aceh. Pada saat peristiwa naas tersebut terjadi beliau menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri 320/Badak Putih. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusuma Bakti, Solo.

3. Letkol Inf Tugas Wignyo, beliau gugur di Aceh pada tahun 2005 dalam kecelakaan Pesawat TNI-AU CN-235 di Bandara Malikussaleh, Lhokseumawe. Saat itu beliau menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri 521/Dadaha Yudha yang sedang melaksanakan tugas operasi di Aceh. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kota Batu, Malang.

Akmil 1989
Letkol Inf Tito Otman, beliau gugur di Aceh pada tahun 2005 dalam kecelakaan Pesawat TNI-AU CN-235 di Bandara Malikussaleh, Lhokseumawe. Saat itu beliau menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri 312 Kala Hitam yang sedang melaksanakan tugas operasi di Aceh. Letkol Inf Tito Otman merupakan Sultan Deli XII yang bergelar Tuanku Tito Otteman Mahmud Perkasa Alam,  jenazahnya selanjutnya dimakamkan di kota Medan.

Akmil 1993
1. Mayor Inf Yuchi Rantesalu, beliau gugur di Aceh pada tahun 2004 dalam kecelakaan Helikopter Bell 205 Puspenerbad di wilayah Takengon, Aceh. 

2. Mayor Inf Taufan Ventiyo Sumantri, beliau gugur di Aceh pada tahun 2005 dalam kecelakaan Pesawat TNI-AU CN-235 di Bandara Malikussaleh, Lhokseumawe. Saat itu beliau menjabat sebagai Kepala Staf Kodim 0105 Aceh Barat. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra, Bandung.

Akmil 1994
Kapten Inf Abdurrahman, beliau gugur pada tahun 2003 dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka di wilayah di Aceh Selatan dan berasal dari Batalyon 11 Kopassus. 

Akmil 1995
1. Kapten Inf Marza Khamsa, beliau gugur pada tahun 2002 dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka dan berasal dari Batalyon Infanteri Raider 100/Prajurit Setia.

2. Kapten Inf Karimin, beliau yang berasal dari Wonogiri ini gugur dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka.

Akmil 1996
Kapten Inf Parminto, beliau berasal dari kesatuan Kopassus dan gugur dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka 

Akmil 1997
1. Lettu Inf Kusnul Marom, beliau gugur pada tahun 2001 dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka di wilayah Aceh Utara. Saat itu ia bertugas sebagai Komandan Peleton di Yonif 401/Banteng Raiders.

2. Lettu Inf Amron Turnip, beliau gugur dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka di wilayah Aceh Utara. Saat itu ia bertugas sebagai Komandan Peleton di Yonif 144/Jaya Yudha.

3. Lettu Inf Hendra David Sitompul, beliau gugur pada tahun 2001 dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka di wilayah Aceh Utara. Saat itu ia bertugas sebagai Komandan Peleton di Yonif Linud 612/Modang. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kesuma Dharma, Pekanbaru.

4. Lettu Cam Erwin Koernianto Notokusumo, beliau gugur dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka di wilayah Lhokseumawe. 

Akmil 2000
Lettu Inf Triyudi Andika, beliau berasal dari kesatuan Kopassus dan gugur dalam kontak senjata menghadapi Gerakan Aceh Merdeka 

Akmil 2002
Letda Czi Dwi Yudha Febrianto, beliau gugur pada tahun 2004 dalam kecelakaan Helikopter Bell 205 Puspenerbad di wilayah Takengon, Aceh. Pada saat peristiwa naas tersebut terjadi ia menjabat sebagai Komandan Rayon Militer 18/Uleule dan Staf Operasi Korem 012 Meulaboh, Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Mayjen Sungkono, Surabaya.

Akmil 2003
1. Letda Inf Andi Utama, beliau gugur di Aceh pada tahun 2004 dalam peristiwa Tsunami yamg melanda wilayah, Aceh. 

2. Letda Inf Thakiyuddin, beliau gugur di Aceh pada tahun 2004 dalam peristiwa Tsunami yamg melanda wilayah, Aceh. 
 
Dengan adanya kotak damai antara Pemerintah RI dan GAM pada tahun 2005 menandai usainya konflik yang telah terjadi puluhan tahun lamanya. Tentu pengorbanan para ksatria Lembah Tidar yang telah mengorbankan jiwa dan raga mereka selama bertugas di Aceh tersebut tidaklah sia-sia. Aceh yang dahulu dikenal sebagai daerah konflik kini telah berubah menjadi wilayah yang aman dan damai.

(M. Alfian Nugraha Fauzi)




Para Perwira alumni Akmil & Akpol yang gugur di Poso

Wilayah Poso hingga saat ini masih menjadi daerah operasi yang dilakukan oleh Pasukan TNI/POLRI dalam mengejar sisa pengikut dari gerakan M...