Monday, September 30, 2019

Revitalisasi Pabrik Gula peninggalan Belanda di Indonesia


Masa penjajahan Belanda di Indonesia yang telah berlangsung ratusan tahun lamanya ternyata membawa dampak yang begitu besar sehingga masih dapat dirasakan oleh bangsa Indonesia hingga saat ini. Pada masa penjajahan, pemerintah kolonial membuka berbagai macam perkebunan sebagai dampak pelaksanaan Tanam Paksa dimana di berbagai wilayah kemudian dibuat perkebunan seperti kopi, tembakau, teh dan tebu. Perkebunan-perkebunan tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah kolonial dalam mendulang kekayaan di tanah jajahan dimana dari hasil Tanam Paksa tersebut pemerintah pusat di Belanda bisa mendapatkan pemasukan yang melimpah. Perkebunan yang banyak dibuka di tanah Jawa adalah perkebunan tebu dimana dari hasil perkebunan inilah dihasilkan gula yang kemudian diekspor ke berbagai macam negara. Setelah dihapuskannya Tanam Paksa dan diberlakukannya kebijkan Politik Pintu Terbuka membuat pihak swasta dari berbagai macam negara dapat menanamkan sahamnya di Hindia-Belanda dan pemerintah kolonial hanya bertugas sebagai pemberi konsesi dan mengawasi kegiatan tersebut.

Akibat diberlakukannya kebijakan tersebut maka muncullah berbagai macam perusahaan perkebunan di Hindia-Belanda termasuk perusahaan perkebunan tebu. Beberapa perusahaan gula yang berdiri diantaranya NV. Cultuurmaatschappij yang berpusat di Amsterdam, Belanda yang mendirikan pabrik gula Banjaratma di Brebes dan oleh NV. Mij Tot Exploitatie der Suikerfabriek Sindanglaoet yang berdiri tahun 1896 dan kini menjadi PG Sindanglaut. Gula menjadi salah satu komoditas utama yang dihasilkan pada masa kolonial sehingga berdampak besar terhadap devisa bagi pemerintah pusat di negeri Belanda. Bahkan di masa kolonial inilah, Hindia-Belanda menjadi eksportir kedua gula didunia setelah Kuba. Selain itu akibat pesatnya perkembangan gula di Hindia-belanda dibangun pula fasilitas lain dalam mendukung mobilitas gula ke berbagai macam negara. Salah satunya ialah dibangunnya sarana transportasi kereta api di berbagai macam perkebunan tebu yang hingga saat ini masih dapat kita saksikan. Namun perkembangan industri gula yang maju pada masa kolonial mengalami satu masa kritis saat terjadinya Krisis Malaise atau depresi ekonomi yang melanda dunia pada saat itu sekitar dekade tahun 30-an sehingga menyebabkan banyak pabrik gula yang tutup. Namun dalam perkembangan berikutnya industri gula tetap mampu bertahan hingga saat Indonesia merdeka dan tercatat terdapat sekitar kurang lebih 179 pabrik gula yang tersebar di pulau Jawa.

Industri gula di Indonesia setelah kemerdekaan selanjutnya diambil alih oleh pemerintah Indonesia, puncaknya setelah nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia banyak pabrik gula milik Belanda yang berpindah tangan menjadi milik pemerintah Indonesia. Pengelolaan industri gula di Indonesia selanjutnya dipegang oleh PT. Perkebunan Nusantara yang membawahi perkebunan gula di Indonesia. Namun dalam perkembangan selanjutnya industri gula di Indonesia mengalami pasang surut dalam produksinya, hal ini disebabkan oleh jumlah produksi yang semakin menurun dan tidak sesuai dengan target sehingga di akhir tahun 90-an banyak pabrik gula yang kemudian di tutup operasionalnya. Ditutupnya pabrik gula tersebut ternyata membawa dampak yang besar tidak hanya bagi masyarakat sekitar tetapi juga bagi pabrik gula itu sendiri karena banyak bangunan pabrik gula yang telah tutup tersebut kondisi bangunanya tidak terawatt sehingga menyebabkan banyak bangunan pabrik gula yang roboh bahkan hilang tidak berbekas. Salah satunya ialah bangunan pabrik gula Sempalwadak di Malang dan pabrik gula Sewu Galur di Yogyakarta.

Kini beberapa bangunan pabrik gula yang sudah tidak beroperasi tinggal menunggu waktu yang sama yaitu menemui nasib hilang tidak berbekas. Perhatian pemerintah terhadap kondisi bangunan pabrik gula yang tidak beroperasi saat ini sudah mulai dirasakan terbukti dengan ditetapkannya bangunan pabrik gula di berbagai macam daerah sebagai bangunan cagar budaya salah satunya ialah bangunan pabrik gula Kalibagor di Banyumas. Pabrik gula tersebut awalnya milik pemerintah di bawah PT. Perkebunan Nusantara namun pabrik tersebut dijual dan pengelolaannya dilakukan oleh pihak swasta hingga kemudian berhenti beroperasi. Pasca ditutup bangunan pabrik gula kurang terawat bahkan dianggap sebagai bangunan yang menyeramkan puncaknya sebagian bangunan dan cerobong asap pabrik gula tersebut dihancurkan namun oleh pemerintah setempat pihak pengelola pabrik gula diharuskan mendirikan bangunan pabrik yang telah dihancurkan dan kini bangunan tersebut telah dibangun kembali dan rencananya bangunan pabrik gula tersebut akan dijadikan gudang. 

PG Kalibagor setelah direnovasi
Salah satu langkah penting yang diambil oleh pemerintah dalam melestarikan keberadaan pabrik gula yang lama tidak beroperasi adalah menyelamatkan pabrik gula Colomadu yang berada di Karang Anyar tidak jauh dari kota Solo. Pabrik gula tersebut awalnya sudah tidak beroperasi bahkan beberapa bagian bangunan sudah lapuk dimakan usia. Oleh pemerintah pusat melalui Kementerian BUMN bangunan tersebut disulap menjadi sebuah bangunan multifungsi yang dikerjakan langsung oleh perusahaan konsruksi nasional PP Dirganeka. Bangunan yang berhasil direvitalisasi tersebut kini digunakan sebagai gedung pertunjukan dan juga tempat pertemuan tanpa menghilangkan bentuk asli bangunan pabrik gula. Kini pabrik gula Colomadu menjadi salah satu destinasi wisata di kota Solo yang kini dikenal dengan nama De Tjolomadoe. 
PG Colomadu yang kini dikenal dengan nama De Tjolomadoe
Bangunan pabrik gula lainnya yang diselamatkan oleh pemerintah ialah pabrik gula Banjartma yang berada di Brebes, pabrik gula ini sejak akhir 90-an sudah tidak beroperasi dan menjadi bangunan kosong tidak terawat. Adanya proyek pembangunan jalan tol Pejagan-Pemalang yang melewati daerah sekitar bangunan pabrik gula tersebut membuat pemerintah berkeinginan menjadikan bangunan tersebut sebagai rest area di jalan tol tersebut tanpa menghilangkan bangunan asli pabrik gula tersebut. Kini bangunan pabrik gula banjaratma telah disulap menjadi rest area di jalan tol Pejagan-Pemalang dan menjadi salah satu rest area terbesar dan terindah karena memanfaatkan bangunan lama eks pabrik gula yang telah diperkuat di beberapa sisi bangunannya. Semoga ke depannya pabrik-pabrik gula yang sudah tidak beroperasi mendapatkan perhatian serupa seperti pabrik gula Colomadu dan Banjaratma sehingga tidak hilang dimakan zaman dan dapat menjadi bukti majunya industri gula pada masa lalu.
PG Banjaratma yang kini menjadi rest Area Tol Pejagan-Pemalang

Para Perwira alumni Akmil & Akpol yang gugur di Poso

Wilayah Poso hingga saat ini masih menjadi daerah operasi yang dilakukan oleh Pasukan TNI/POLRI dalam mengejar sisa pengikut dari gerakan M...