Thursday, November 30, 2017

Abituren Akademi Angkatan Laut (AAL) yang gugur sebagai Kusuma Bangsa


Melihat kiprah TNI dalam menjaga kedaulatan Negara tentu sudah tidak diragukan lagi pengorbanannya. Saat kedaulatan Negara terancam oleh pihak-pihak yang ingin merusak kenyamanan tersebut baik itu berasal dari dalam maupun dari luar NKRI, TNI berada di garis depan dalam menjaga semuanya karena hal tersebut sudah menjadi harga mati. Tak terhitung berapa banyak pengorbanan yang dilakukan oleh TNI untuk menjaga itu semua mulai dari Indonesia merdeka sampai saat ini. Tentunya jasa-jasa mereka dalam menjaga keutuhan NKRI ini akan tetap dikenang sebagai kusuma bangsa.

Pengorbanan yang dilakukan dalam menjaga keutuhan NKRI tentu dilakukan juga oleh seluruh anggota TNI AL tak terkecuali bagi mereka yang lulus dari Akademi Angkatan Laut. Tidak sedikit para ksatria “Moro Krembangan” ini yang gugur dalam menjaga keutuhan NKRI semenjak angkatan pertama akademi ini lulus pada tahun 1954. Panggilan jiwa untuk menjaga keutuhan NKRI adalah semangat yang mereka tanam saat masih menjadi kadet di almamater kebanggaan mereka. Menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya meskipun nyawa menjadi taruhannya sudah menjadi resiko yang diambil karena kegagalan dalam tugas adalah sebuah cela yang harus dihindari sesuai dengan semboyan dari Akademi Angkatan Laut yaitu Hree Dharma Shanty yang berarti Malu Berbuat Cela. Berikut ini adalah para mantan kadet dari Akademi Angkatan Laut yang gugur dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Kapten Wiratno, Lulusan AAL Angkatan I (1954), Korps Pelaut
Nama ini tentunya tidak asing bagi seluruh khalayak TNI AL karena jasa dan peran besarnya dalam mengmbalikan Irian Barat menjadi bagian dari NKRI. Wiratno merupakan Komandan KRI Macan Tutul yang gugur ketika kapalnya karam ditembak pesawat Neptune milik militer Belanda yang saat itu tengah berada di sekitar Laut Arafuru (Laut Aru), bersamanya ikut gugur pula Deputi 1 KSAL Laksamana Yos Sudarso dan peristiwa ini terjadi pada tanggal 15 Januari 1962. Untuk menghormati jasa-jasanya maka nama Kapten Wiratno diabadikan menjadi nama kapal perang milik TNI AL yaitu KRI Wiratno 379.

Kapten Memet Sastrawiria, Lulusan AAL Angkatan II (1955), Korps Pelaut
Namanya mungkin tidak begitu dikenal dibandingkan Kapten Wiratno dan Laksamana Yos Sudarso namun Kapten Memet Sastrawiria termasuk berperan besar dalam mengembalikan Irian Barat menjadi bagian dari NKRI. Memet Sastrawiria saat itu menjadi ajudan dari Laksamana Yos Sudarso yang saat itu berada di atas KRI Macan Tutul sehingga saat pesawat Neptune milik militer Belanda itu menembak kapal tersebut dan karam pada tanggal 15 Januari 1962 maka Kapten Memet Sastrawiria ikut gugur dalam peristiwa tersebut. Untuk menghormati jasa-jasanya maka nama Kapten Memet Sastrawiria diabadikan menjadi nama kapal perang milik TNI AL yaitu KRI Memet Sastrawiria 380.

Letnan Laut Tjiptadi, Lulusan AAL Angkatan VIII (1961), Korps Pelaut
Letnan Laut Tjiptadi termasuk mantan kadet AAL yang gugur dalam peristiwa Laut Aru  saat KRI Macan Tutul ditembak oleh pesawat Neptune milik militer Belanda sehingga kapal tersebut karam pada tanggal 15 Januari 1962. Saat terjadinya peristiwa tersebut, Letnan Laut Tjiptadi sebenarnya baru saja lulus dari AAL setahun sebelumnya. Untuk menghormati jasa-jasanya maka nama Letnan Laut Tjiptadi diabadikan menjadi nama kapal perang milik TNI AL yaitu KRI Tjiptadi 381.

Kapten KKO Supraptono, Lulusan AAL Angkatan IV (1957), Korps Marinir
Kapten KKO Supraptono gugur dalam operasi penumpasan gerombolan DI/TII di Sulawesi Selatan dan sisa-sisa pemberontak PERMESTA serta tergabung dalam Operasi Tumpas. Kapten KKO Supraptono saat itu bertugas sebagai Komandan Detasemen Amphibi KKO AL III dalam operasi Tumpas. Namun selanjutnya ia gugur sehingga tugasnya digantikan kepada Kapten KKO Winarto pada bulan Juli 1964.

Kapten KKO Sutedi Senoputra, Lulusan AAL Angkatan V (1958), Korps Marinir
Kapten KKO Sutedi Senoputra merupakan mantan kadet AAL yang gugur dalam peristiwa penumpasan PERMESTA di Sulawesi Utara dan tergabung dalam Operasi Gondomono. Ia gugur pada tanggal 16 Januari 1960 selanjutnya ia dimakamkan di TMP Kairagi, Manado. Untuk menghormati jasa-jasanya maka namanya diabadikan menjadi nama Ksatrian Marinir Sutedi Senoputra Bhumi Marinir Karang Pilang, Surabaya dan nama kapal perang milik TNI AL yaitu KRI Sutedi Senoputra 378.

Letnan KKO Sutanto, Lulusan AAL Angkatan VIII (1961), Korps Marinir
Teman sengkatan Letnan Laut Tjiptadi ini gugur ketika terjadinya konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia.  Letnan KKO Sutanto saat itu bertugas sebagai Komandan Peleton Khusus (Ton X) dalam bidang Intelijen dan ditugaskan untuk mengawasi pemusatan lawan di Matandak.  Namun dalam perjalanan bersama para anggotanya, ia terlibat kontak tembak dengan pihak lawan yang menyebabkan ia gugur dan jenazahnya baru ditemukan pada tanggal 17 Oktober 1963.

Kapten Mar Tamba Tua Marpaung, Lulusan AAL Angkatan XI (1965), Korps Marinir
Kapten Mar T.T. Marpaung ditugaskan di Timor-Timur bersama Pasukan Marinir 3 dan bertugas sebagai Perwira Seksi 2. Konsentrasi Pasukan marinir 3 berada di sekitar Baeco di wilayah selatan Timor-Timur. Kapten Mar T.T. Marpaung gugur pada tanggal 20 Februari 1976.

Kapten Mar Paulus Edward Dauhan, Lulusan AAL Angkatan XVI (1970), Korps Marinir
Teman seangkatan mantan KSAL Laksamana Bernard Kent Sondakh saat di AAL ini tergabung dalam Pasukan Marinir 6 yang ditugaskan di Timor-Timur. Kapten Mar Paulus Edward Dauhan gugur ketika terjadi kontak senjata pada tanggal 6 Juni 1977.

Lettu Mar Jusman Puger, Lulusan AAL Angkatan XVIII (1972), Korps Marinir
Lettu Mar Jusman Puger ditugaskan di Timor-Timur bersama Pasukan Marinir 5 dan bertugas sebagai Komandan Peleton Kompi D. Lettu Mar Jusman Puger gugur pada tanggal 26 Juli 1976.

Lettu Mar FX. Supramono, Lulusan AAL Angkatan XIX (1973), Korps Marinir
Lettu Mar FX. Supramono merupakan mantan kadet AAL yang ketika masa awal Operasi Seroja ditugaskan di Timor-Timur bersama Pasukan Marinir 1 yang inti kekuatannya berasal dari Batalyon 5 Marinir Surabaya. Lettu Mar FX. Supramono termasuk pasukan awal yang masuk ke kota Dili pada tanggal 7 Desember 1975, saat itu ia bertugas sebagai Komandan peleton Infanteri Kompi G. Ia gugur saat  mengamankan wilayah simpang tiga tibar yang tidak jauh dari kota Dili pada tanggal 8 Januari 1976. Untuk menghormati jasa-jasanya maka namanya diabadikan menjadi nama lapangan tembak FX. Supramono Bumi Marinir Karang Pilang, Surabaya.

Lettu Mar Widjajadi, Lulusan AAL Angkatan XIX (1973), Korps Marinir
Teman seangkatan Lettu Mar FX. Supramono ini ditugaskan di Timor-Timur bersama Pasukan Marinir 8 dan bertugas sebagai Komandan Kompi D. Lettu Mar Widjajadi selanjutnya disertakan dalam Operasi Bedah Marinir 77 di Sektor Selatan. Namun dalam perkembangannya operasi ini tidak berjalan dengan baik karena kurangnya perencanaan mengingat medan operasi yang begitu berat di sekitar Gunung Matabean sehingga menimbulkan korban di pihak Pasukan Marinir 8. Akibat beratnya medan operasi maka  ia dan pasukannya sebanyak satu peleton justru hilang dan hingga saat ini tidak diketemukan. 
 

Mayor Laut (T) Heddy Kurniadi, Lulusan AAL Angkatan XXI (1975), Korps Teknik 

Mayor Laut (T) Heddy Kurniadi berasal dari Satudarma/Armatim yang gugur pada tahun 1987 di Timor-Timur.


Lettu Laut (P) Toto Sukarwiyanto, Lulusan AAL Angkatan XXVII (1982), Korps Pelaut

Lettu Laut (P) Toto Sukarwiyanto berasal dari Satudarma/Armatim yang gugur pada tahun 1987 di Timor-Timur.

Letda Mar I Made Suria Yadnya & Letda Mar Macruf Mahasein, Lulusan AAL Angkatan XXIX (1984), Korps Marinir
Kedua mantan kadet AAL seangkatan ini ditugaskan di Timor-Timur dan tergabung dalam Satuan Tugas Pasopati yang diberangatkan pada bulan Oktober 1985 yang inti kekuatannya berasal dari Yonif 1 Marinir.  Letda Mar I Made Suria Yadnya bertugas sebagai Komandan peleton I Kompi B Letda Mar Macruf Mahasein  bertugas sebagai Komandan Peleton II Kompi A.  Pada tanggal 20 Desember 1985 terjadi penghadangan yang dilakukan oleh pihak musuh yang menyebabkan gugurnya 11 anggota Satgas Pasopati termasuk kedua mantan kadet AAL angkatan XXIX ini berikut persenjataan mereka yang dirampas oleh musuh, keduanya selanjutnya dimakamkan di TMP Seroja Kailara-Baucau.

Mayor Mar Edianto Abbas, Lulusan AAL Angkatan XXXI (1986), Korps Marinir
Pria asli daerah Aceh ini ditugaskan di tanah kelahirannya dalam rangka operasi pemulihan keamanan sebaga Komandan Satuan Tugas Rencong Sakti XI yang berintikan pasukan dari Yonif 3 Marinir Surabaya pada tanggal 30 Juli 1998. Mayor Mar Edianto Abbas gugur saat ia sedang menengahi kasus yang menimpa anggotanya saat bertugas di wilayah Aceh Utara namun karena adanya hasutan dari anggota GAM maka terjadilah penyekapan terhadap Mayor Mar Edianto Abbas sampai akhirnya ia dibunuh. Setelah dilakukan pencarian akhirnya jasad  Mayor Mar Edianto Abbas ditemukan dan selanjutnya dibawa ke Jakarta dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Mayor Laut (P) Suwelo Wibisono,  Lulusan AAL Angkatan XX (1987), Korps Pelaut

Mayor Laut (P) Suwelo Wibisono gugur dalam peristiwa jatuhnya pesawat Nomad N-22 yang jatuh pada tanggal 4 Mei 1987 di perairan Pulau Mapur, Desa Kawal, Kabupaten Bintan. bangkai pesawatnya baru ditemukan 20 tahun kemudian namun sayangnya jasad Mayor Wibisono tidak ditemukan.
 
Kolonel Laut (P) Harry Setyawan,  Lulusan AAL Angkatan XLIII (1997), Korps Pelaut

Kolonel Laut (P) Harry Setyawan gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402  di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira menengah ini
bertugas sebagai Komandan Satuan Kapal Selam Koarmada II. Beberapa jabatan pernah dipegang diantaranya sebagai Komandan Lanal Ranai, Natuna dan Asops Dangukamla serta Komandan Kapal Selam KRI Nagapasa 403. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
 
Letda Mar Karno, Lulusan AAL Angkatan XLVII (2001), Korps Marinir
Pria asli Wonogiri ini ditugaskan di Aceh saat wilayah di ujung barat Indonesia ini sedang diberlakukan darurat militer. Saat itu ia tergabung dalam Detasemen Rajawali IV dan Letda Mar Karno berasal dari Batalyon V Marinir. Pada tanggal 9 Juni 2003, ia dan pasukannya terlibat kontak tembak dengan GAM di sekitar Alue Papen, Peusangan Bireun ketika iring-iringan kendaraannya ditembak oleh GAM. Ia saat itu bertugas sebagai danton, namun dalam kontak tembak tersebut ia tertembak dan gugur bersama lima pasukannya dan jasadnya kemudian dimakamkan di Wonogiri tepatnya di TMP Wonogiri.
 
Letkol Laut (P) Heri Oktavian,  Lulusan AAL Angkatan XLVIII (2002), Korps Pelaut

Letkol Laut (P) Heri Oktavian gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402  di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira menengah ini
bertugas sebagai Komandan KRI Nanggala 402 setelah sebelumnya bertugas sebagai Komandan Sekolah Kapal Selam. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
 
Letkol Laut (E) Irfan Suri,  Lulusan AAL Angkatan XLVIII (2002), Korps Elektro

Letkol Laut (E) Irfan Suri gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402  di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira menengah ini
turut serta sebagai dalam pelayaran kapal selam tersebut sebagai non abk. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
 
 
Mayor Laut (P) Eko Firmanto,  Lulusan AAL Angkatan LIII (2007), Korps Pelaut

Mayor Laut (P) Eko Firmanto gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402  di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira pertama asal Bali yang tinggal lama di Gorontalo ini 
bertugas sebagai Palaksa KRI Nanggala 402. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
 
Mayor Laut (E) Fidhelis Whilly Harsono Putra,  Lulusan AAL Angkatan LIII (2007), Korps Elektro

Mayor Laut (E)
Fidhelis Whilly Harsono Putra gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402  di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira menengah ini turut serta sebagai dalam pelayaran kapal selam tersebut sebagai non abk. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402. 
 
Kapten Laut (P) Haryanto,  Lulusan AAL Angkatan LIII (2007), Korps Pelaut

Kapten Laut (P) Haryanto gugur dalam tugas dalam peristiwa jatuhnya helikopter Basarnas di Temanggung, Jawa Tengah pada tanggal 2 Juli 2017. Perwira pertama ini gugur saat menerbangkan
helikopter
AS365N3 Dauphin bersama Kapten Laut (P) Ii Solihin. Kapten Laut (P) Haryanto selanjutnya diberikan kenaikan pangkat satu tingkat menjadi Mayor Laut Anumerta.
 
Kapten Laut (P) Ii Solihin,  Lulusan AAL Angkatan LV (2010), Korps Pelaut

Kapten Laut (P) Ii Solihin gugur dalam tugas dalam peristiwa jatuhnya helikopter Basarnas di Temanggung, Jawa Tengah pada tanggal 2 Juli 2017. Perwira pertama asal Cirebon tersebut 
bertugas sebagai co Pilot helikopter
AS365N3 Dauphin. Kapten Laut (P) Ii Solihin selanjutnya diberikan kenaikan pangkat satu tingkat menjadi Mayor Laut Anumerta.
 
Kapten Laut (P) I Gede Kartika,  Lulusan AAL Angkatan LV (2010), Korps Pelaut

Kapten Laut (P) I Gede Kartika gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402  di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Perwira pertama asal Bali yang tinggal lama di Gorontalo ini 
bertugas sebagai Kadepops KRI Nanggala 402. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
 
Letda Laut (P) Ady Sonata, S.T.(Han),  Lulusan AAL Angkatan LIX (2014), Korps Pelaut

Letda Laut (P) Adi Sonata, S.T.(Han) gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402  di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021.
Saat itu ia bertugas sebagai Kadivdalsen KRI Nanggala 402. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
 
Letda Laut (P) Muh. Imam Adi Aji, S.Tr.(Han),  Lulusan AAL Angkatan LX (2015), Korps Pelaut

Letda Laut (P) Imam Adi, S.Tr.(Han) gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402  di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021.  Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
 
Lettu Laut (P) Judistira Eka Permady,  Lulusan AAL Angkatan LXII (2015), Korps Pelaut
 
Lettu Laut (P) Judistira Eka Permady gugur dalam tugas dalam peristiwa jatuhnya Pesawat Latih G-36 Bonanza milik TNI AL di Selat Madura pada tanggal 7 September 2022. Perwira pertama asal Bondowoso tersebut  bertugas sebagai pilot pesawat latih tersebut. Lettu Laut (P) Judistira Eka Permady selanjutnya diberikan kenaikan pangkat satu tingkat menjadi Kapten Laut Anumerta dan dimakamkan di Taman Makam Bahagia Surabaya.

Letda Laut (T) Rhesa Tri Utomo, S.Tr.(Han),  Lulusan AAL Angkatan LXIII (2018), Korps Teknik

Letda Laut (T) Rhesa Tri Utomo, S.Tr.(Han) gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402  di perairan utara Pulau Bali pada tanggal 21 April 2021. Saat itu ia bertugas sebagai Kepala Divisi Mesin KRI Nanggala 402. Dalam peristiwa tersebut seluruh awak kapal selam turut gugur dan tenggelam bersama KRI Nanggala 402.
 
Letda Mar M. Iqbal,S.Tr. (Han), Lulusan AAL Angkatan LXIII (2018), Korps Marinir
Letda Mar M. Iqbal,S.Tr. (Han) gugur dalam penugasan di Papua tepatnya di Distrik Kenyam Kabupaten Nduga. Letda Mar M. Iqbal,S.Tr. (Han) yang bertugas di Yonif 3 Marinir pada saat itu tergabung dalam Satuan Tugas Muara dan Perairan (Satgas Mupe) sebagai Komandan Pos Quary Bawah. Pada tanggal 26 Maret 2022, pos yang ditempatinya ditembaki oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya hingga menyebabkan ia gugur bersama satu orang anggotanya. Letda Mar M. Iqbal,S.Tr. (Han) selanjutnya dimakamkan di kampung halamanya di Kabupaten Konawe.
 
 
 
Nama Kapten Mar T.T. Marpaung dan Lettu Mar Jusman Puger terpatri di Monumen Seroja-Cilangkap
Itulah beberapa alumni Akademi Angkatan Laut yang gugur saat menjalankan tugas negara, meskipun jiwa raga telah dikorbankan namun jasa mereka akan tetap selalu dikenang.
 
Sumber:
- 60 tahun pengabdian Korps Marinir

Friday, July 7, 2017

Palacio do Governo Dili



Kota Dili merupakan kota terbesar di Timor Leste sekaligus menjadi ibukota Negara tersebut. Kota Dili dapat dikatakan sebagai kota yang telah melalui tiga zaman pemerintahan pada masanya yaitu zaman Portugal, zaman Indonesia dan kini zaman Timor Leste dimana kota ini menjadi pusat pemerintahan Negara tersebut. Itulah sebabnya kota Dili menyimpan berbagai macam bangunan bersejarah dari zaman Portugal hingga zaman Indonesia yang hingga kini menghiasi kota tersebut. Sebagai kota yang telah berumur “panjang” tentunya bangunan bersejarah tersebut semakin mempercantik indahnya kota Dili walaupun pasca “Jajak Pendapat” beberapa bangunan tersebut ada yang dibakar dan dirusak.
Di zaman Indonesia
Salah satu bangunan tua peninggalan Portugal yang saat ini menjadi saksi perjalanan panjang kota Dili yaitu Istana Perdana Menteri Timor Leste atau Palacio do Governo. Bangunan yang dibangun pada dekade 1960an ini termasuk bangunan terbesar yang pernah dibangun oleh pemerintah Portugal di Timor Portugis (nama lain Timor Leste pada masa Portugal) selain itu letaknya yang berada di tepi pantai kota Dili semakin menambah keindahan bangunan ini. Ketika zaman Portugal bangunan ini digunakan sebagai Istana Gubernur Timor Portugis, selain itu pada masanya Parade militer Portugal selalu ditampilkan di halaman depan bangunan oleh Tentara Portugal/Tropaz. Kekuasaan Portugal berakhir  tahun 1975 setelah sebelumnya terjadi Revolusi Bunga di Portugal tahun 1974 tentang dekolonisasi di koloni Portugal dan Lemos Pires menjadi gubernur Timor Portugis terakhir yang menempati bangunan tersebut, dengan itu pula kekuasaan Portugal berakhir setelah berkuasa selama hampir 420 tahun.
Di zaman Portugal

Pada tahun 1976, Timor Portugis menjadi bagian dari Negera Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadi Provinsi ke-27 dengan nama Provinsi Timor-Timur dengan Dili sebagai ibukota provinsi. Ketika zaman Indonesia bangunan ini digunakan sebagai Kantor Gubernur KDH Tingkat I Provinsi Timor-Timur. Gubernur Timor-Timur pertama yang menempati bangunan ini ialah Arnaldo dos Reis Araujo dan berikutnya Guilherme Maria Goncalves serta Mario Viegas Carrascalao yang memerintah selama dua periode hingga gubernur terakhir Abilio Jose Osorio Soares. Pada masanya upacara hari kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus selalu dilaksanakan pula di halaman depan bangunan kantor gubernur ini. Kekuasaan Indonesia harus berakhir setelah adanya Jajak Pendapat yang dilaksanakan pada tahun 1999 yang dimenangkan oleh Pro kemerdekaan dan dengan itu berakhir pula fungsi bangunan ini sebagai kantor gubernur Timor-Timur.

Pasca jajak pendapat, Xanana Gusmao pernah berpidato setelah kembali dari masa penahanannya di Indonesia. selanjutnya bangunan ini digunakan sebagai kantor UNTAET atau badan pengawas PBB yang bertugas menjalankan pemerintahan transisi di Timor-Timur yang saat itu diketuai oleh Sergio Vieira de Melo. Masa tugas UNTAET di Timor-Timur berakhir pada tahun 2002 setelah bertugas selama tiga tahun dari sejak 1999. Pada saat Negara Timor Leste terbentuk tahun 2002 bangunan ini digunakan sebagai Istana Perdana Menteri Timor Leste dengan Perdana Menteri pertama yaitu Mari Al-Katiri hingga Perdana Menteri saat ini yaitu Rui Maria de Araujo. Saat ini bangunan Palacio do Governo tidak hanya menjadi istana Perdana Menteri saja namun juga menjadi salah satu destinasi wisata di Timor Leste.

Sumber gambar: - The Dili Insider 
                               - Geocities-Timor Leste links

Monday, February 27, 2017

Para Ksatria Lembah Tidar yang gugur di Timor-Timur



Ketika masih menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Timor-Timur merupakan provinsi temuda atau Provinsi ke-27 NKRI. Namun selama hampir 23 tahun bergabung dengan Indonesia, provinsi ini selalu bergejolak dengan munculnya gerakan perlawanan yang oleh pemerintah saat itu dikatakan sebagai Gerakan Pengacau Kemanan (GPK). Munculnya gerakan perlawanan ini sudah ada semenjak Timor-Timur bergabung ke dalam bingkai NKRI pada tahun 1975 namun integrasi wilayah ini oleh sebagian rakyat Timor-Timur saat itu tidak diinginkan sehingga memunculkan perlawanan terhadap kedudukan pemerintah Indonesia di Timor-Timur.  ABRI (TNI-POLRI sekarang) sebagai pengawal dan penjaga kedaulatan Negara selanjutnya ditugaskan untuk meredam berbagai macam gerakan perlawanan yang timbul saat itu, salah satunya dengan cara membuat komando militer dan juga mengirimkan pasukan dari berbagai macam daerah di Indonesia ke wilayah tersebut.

Komando teritorial di wilayah Timor-Timur saat itu ialah Komando Resort Militer 164/Wiradharma yang berada dibawah kendali dari Komando Daerah Militer IX/Udayana. Selain itu di wilayah Timor-Timur terdapat pula dua batalyon organik yaitu Batalyon Infanteri (Yonif) 744/Satya Yudha Bakti yang berkedudukan di Dili (kini berkedudukan di Atambua) dan Batalyon Infanteri (Yonif) 745/Sampada Yudha Bakti yang berkedudukan di Lospalos (kini batalyon ini dilikuidasi bersama dengan Korem 164). Sedangkan untuk komando tempur dibentuklah Kodahamkan dan selanjutnya menjadi Kolakops. Tugas-tugas satuan tempur yang berada  di Timor-Timur tidak hanya untuk menghadapi gerakan perlawanan saja tetapi juga melaksanakan berbagai macam kegiatan bakti sosial mulai dari memberikan pengobatan gratis dan membangun berbagai macam sarana dan prasarana di Timor-Timur. 

Medan tugas di Timor-Timur ternyata menjadi arena tersendiri bagi para lulusan Akademi Militer (AKMIL) yang telah mendapatkan berbagai macam pengetahuan tempur dan teritorial selama pendidikan di Magelang. Timor-Timur menjadi medan tugas yang sesungguhnya bagi para “Kstaria Lembah Tidar” ini dalam memimpin pasukan guna menghadapi gerakan perlawanan di wilayah Timor-Timur. Selama hampir 23 tahun bergabung dengan Indonesia, tidak sedikit perwira ABRI lulusan Akademi Militer ini yang gugur di Timor-Timur baik itu dalam kontak senjata langsung maupun dalam kecelakaan dan sebagian dari mereka yang gugur kemudian dimakamkan di TMP Seroja yang tersebar di hampir setiap kabupaten (kini distrik) di wilayah Timor-Timur.

Berikut ini beberapa nama perwira lulusan Akademi Militer beserta angkatannya yang gugur selama bertugas di Timor-Timur selama 23 tahun ABRI bertugas di wilayah tersebut. 

Akmil 1965
Abituren Akmil 1965 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah:
  1. Mayor Inf Atang Sutresna ialah perwira Akmil angkatan 1965 yang gugur saat  bertugas di Timor-Timur tepatnya pada saat hari pertama penerjunan pasukan di atas kota Dili pada tanggal 7 Desember 1975, Mayor Atang merupakan perwira Kopassus yang menjabat sebagai Komandan Detasmen Tempur 1.
  2. Letkol Inf Ismudayat gugur saat bertugas di Timor-Timur pada tahun 1981 dan bertugas di Kodam IX Udayana

Akmil 1966
Abituren Akmil 1967 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah:
Mayor inf Thomas Pujiarso gugur dalam tugas di wilayah Aileu pada tahun 1978 dan bertugas di Puspenerbad.

Akmil 1967
Abituren Akmil 1967 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah:
  1. Mayor Inf Ella Badjuri yang berasal dari kesatuan Kopassus merupakan salah satu abituren Akmil 1967 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur pada tahun 1978.
  2. Kolonel Irtom Tabrani merupakan salah satu abituren Akmil 1967 yang gugur dalam tugas pada tahun 1990 dan menjabat sebagai Komandan Brigif 13/Kostrad.

Akmil 1968
Abituren Akmil 1968 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah:
  1. Mayor Inf Adjat Sudrajad merupakan abituren Akmil 1968 yang gugur dalam tugas pada tahun 1975 di Timor-Timur dan berasal dari Yonif 501/Kostrad.
  2. Mayor Inf H. Simanjuntak  merupakan teman satu kesatuan di Yonif 501/Kostrad dan satu angkatan di Akmil 1968 dengan Kapten Inf Adjat Sudrajat yang gugur dalam tugas di Timor-Timur saat penerjunan pasukan di kota Dili tahun 1975.
  3. Mayor Inf Baharuddin berasal dari Yonif 405/Surya Kusuma dan gugur dalam tugas pada tahun 1975.
  4. Mayor Inf. Kandiasi Rachman berasal dari Yonif 726/Tamalatea dan gugur dalam tugas pada tahun 1977.
  5. Kapten O.S. Rajagukguk berasal dari Yonif 143/Rajawali yang gugur dalam tugas di Timor-Timur pada tahun 1976.
  6. Kolonel Inf. Bambang Dwipojono berasal dari Brigade Infanteri 9/Kostrad dan bertugas sebagai Komandan Brigif yang gugur pada tahun 1990.

Akmil 1970
Selama bertugas di Timor-Timur tidak sedikit lulusan AKABRI pertama ini yang gugur dalam tugas, dalam buku Mengawali Integrasi Mengusung Reformasi “Pengabdian pertama alumni Akabri Pertama 1970” para perwira yang gugur yaitu:
  1. Kapten Inf Damhuri Amir bertugas sebagai Danki di Yonif 407/Padma Kusuma dan gugur pada tahun 1975.
  2. Kapten Inf Sabri Mallisy bertugas sebagai Danki Yonif 405 dan gugur pada tahun 1975.
  3. Mayor Inf Nico Tumatar berasal dari kesatuan Kopashanda yang gugur pada tahun 1976.  
  4. Mayor Inf Sutrisno bertugas sebagai Danki Yonif Linud 328 gugur pada tahun 1978.
Mayor Inf Nico Tumatar semasa Taruna
 
Akmil 1971
Abituren Akmil 1971 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah:
  1. Mayjen TNI Yudomo SHD gugur pada tahun 1998 ketika helikopter Puspenerbad yang ditumpanginya jatuh di wilayah Viqueque setelah meninjau pos kotis di wilayah tersebut, saat itu ia menjabat sebagai Pangdam IX Udayana dan baru satu minggu dilantik menjadi Pangdam, turut gugur pula dalam kecelakaan itu Danrem 164/Wiradharma.
  2. Lettu Inf Suripno berasal dari Yonif Linud 328/Dirgahayu dan gugur pada tahun 1975.   
  3. Kapten Inf Agus Revulton berasal dari Yonif Linud 305/Kostrad dan gugur pada tahun 1976.  
  4. Kapten Inf Alex S. berasal dari Yonif 623/Bhakti Wira Utama yang gugur dalam tugas di Timor-Timur pada tahun 1976. 
  5. Mayor Inf Suwarno berasal dari Yonif 142/Ksatria Jaya dan gugur pada tahun 1977.
  6. Kapten Czi T.M. Barus berasal dari kesatuan Denzipur Kostrad dan gugur pada tahun 1977.   
  7. Kapten Czi Apai Supardi berasal dari Yon Zipur 4 dan gugur pada tahun 1977.

Akmil 1972
Abituren Akmil 1972 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah:
  1. Mayor inf Balai Ginting ialah salah satu perwira lulusan Akmil yang gugur dalam tugas di Timor-Timur tahun 1986 dan merupakan perwira Kopassus. Mayor Ginting kemudian dimakamkan di TMP Seroja Dili dan Presiden SBY pada tahun 2014 mengunjungi makam Mayor Ginting dan menaburkan bunga di pusara makamnya. 
  2. Lettu Inf Urip Santoso gugur dalam tugas pada tahun 1976 dan berasal dari Batalyon Infanteri 143/Tri Wira Eka Jaya. 
  3. Kapten Inf Djarkasi gugur di Timor-Timur pada tahun 1976 dan bertugas di kesatuan Yonif 406/Candrakusuma. 
  4. Kapten Inf R.A. Santoso gugur dalam tugas pada tahun 1976 dan berasal dari Batalyon Infanteri 507/Mahastra Yudha. 
  5. Kapten Inf Yayat Sumirat gugur dalam tugas pada tahun 1977 dan berasal dari Batalyon Infanteri 512/Cura Tara Yudha. 
  6. Kapten Inf Heru Suparino gugur pada tahun 1978 dan berasal dari Batalyon Infanteri 721/Makassau.  
  7. Kapten Czi Djafar Abdullah Alkatiri berasal dari Yon Zipur 1 dan gugur pada tahun 1977.

Nama Mayor Inf Balai Ginting terpatri di Monumen Seoja-Cilangkap

Akmil 1973
Dalam penugasan di Timor-Timur ini ada beberapa perwira seangkatan Presiden SBY yang gugur di medan tugas diantaranya ialah:
  1. Lettu Inf Anwar Muchtar merupakan Danton di Yonif Linud 328/Dirgahayu yang gugur di Gunung Matabean pada tahun 1978. 
  2. Letda Inf  Basyumi Djoned gugur di Timor-Timur pada tahun 1976 dan bertugas di kesatuan Yonif 405/Surya kusuma. 
  3. Lettu Inf Hasoloan Situmeang gugur di Timor-Timur pada tahun 1976 dan bertugas di kesatuan Yonif 320/Badak Putih. 
  4. Lettu Art H.M. Firdaus Fauzi gugur di Timor-Timur pada tahun 1976 dan bertugas di Kodam VII/Wirabuana. 
  5. Letda Inf Koesnan gugur di Timor-Timur pada tahun 1976 dan bertugas di kesatuan Yonif 405/Surya Kusuma. 
  6. Letda Inf Achmad gugur di Timor-Timur pada tahun 1975 dan bertugas di kesatuan Yonif 406/Chandra kusuma. 
  7. Lettu Inf Tri Susanto gugur di Timor-Timur pada tahun 1978 dan bertugas di kesatuan Yonif 126/Kala Sakti. 
  8. Lettu Inf Raden Suhadi Warto gugur pada tahun 1977 dan bertugas di kesatuan Yonif 125/Belau. 
  9. Mayor Inf Soedjarwo gugur di Timor-Timur pada tahun 1986 dan bertugas di kesatuan Yonif 125/Tombak Sakti, ia dimakamkan di TMP Seroja Dili.
  10. Kolonel Inf Satria Buana gugur dalam kecelakaan Helikopter di wilayah Viqueque bersama Pangdam IX/Udayana pada tahun 1998, Kolonel Satria saat itu menjabat sebagai Asisten Operasi Kasdam IX/Udayana.

Akmil 1974
Perwira lulusan Akmil yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ini ialah
  1. Lettu Czi Bandel Wisiksono gugur dalam tugas di wilayah Lospalos pada tahun 1976, ia saat itu bertugas di Yonzipur 10/Kostrad.  
  2. Letda Inf Mukri Ali Yeriza gugur pada tahun 1976 dan bertugas di Yonif 743/PSY.  
  3. Letda Inf Rusdy Anang gugur di Timor-Timur pada tahun 1976 dan bertugas di kesatuan Yonif 405/Surya Kusuma. 
  4. Letda Inf Sriwoko gugur di Timor-Timur pada tahun 1976 dan bertugas di kesatuan Yonif 126/Kala Sakti. 
  5. Letda Inf Sudarmaji gugur di Timor-Timur pada tahun 1976 dan bertugas di kesatuan Yonif 145/Bhakti Negara Laga Utama. 
  6. Kapten Inf Didi Haryadi merupakan Danton di Yonif Linud 328/Dirgahayu yang gugur di Gunung Matabean pada tahun 1979. 
  7. Kapten Inf Agus Sutrisno gugur pada tahun 1979 dan bertugas di Yonif 643/Wanara Sakti. 
  8. Kolonel Inf Djodi Kusuma gugur dalam kecelakaan Helikopter bersama Pangdam IX/Udayana di wilayah Viqueque pada tahun 1998, saat itu ia menjabat sebagai Komandan Sektor A Kolakops Timtim.

Akmil 1975
Perwira lulusan Akmil 1975 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ini ialah:
  1. Kapten Inf. Haposan Hutagalung gugur dalam tugas di Gunung Matabean pada tahun 1978, ia saat itu bertugas di Yonif Linud 328/Dirgahayu  
  2. Kapten Inf Sutosma yang berasal dari Kopashanda dan gugur pada tahun 1978. 
  3. Kapten Inf Sugih Kusuma gugur pada tahun 1978 di Gunung Matabean dan bertugas di Yonif Linud 502/Kostrad. 
  4. Kapten Inf Yustiono gugur dalam tugas di Timor-Timur pada tahun 1978 dan bertugas di Yonif Linud 503/Kostrad. 
  5. Kolonel Inf Pangandaran Napitupulu gugur dalam kecelakaan helikopter di Viqueque pada tahun 1998, saat itu menjabat sebagai Asisten Intelijen Kasdam IX/Udayana. 
  6. Kolonel Inf. Salamat Sidabutar gugur pada tahun 1998 dalam kecelakaan Helikopter bersama Pangdam IX/Udayana di wilayah Viqueque, ia saat itu menjabat sebagai Komandan Korem 164 Wiradharma.

Akmil 1976
Abituren Akmil 1976 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah: 
  1. Mayor Inf Martono berasal dari kesatuan Kopassus dan gugur pada tahun 1984 dan namanya kini terpatri dalam sasana kusuma bangsa Kopassus, ia dimakamkan di TMP Tiulale. 
  2. Lettu Inf Djaelani gugur dalam tugas di Timor-Timur pada tahun 1978, dan berasal dari kesatuan Brigif Linud 18/Kostrad.

Akmil 1978
Abituren Akmil 1978 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah:
  1. Mayor Inf I Ketut Warka gugur pada tahun 1991 dan bertugas di Brigade Infanteri  17/Kostrad.
  2. Mayor Inf Bambang Subyanto gugur pada tahun 1985 dan bertugas di Yonif 141/Aneka  Yudha Jaya Prakosa dan dimakamkan di TMP Seroja Dili.
 
Akmil 1981
Dalam penugasan di Timor-Timur ini ada beberapa perwira seangkatan dengan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) TNI Moeldoko yang gugur di medan tugas diantaranya ialah: 
  1. Lettu Inf Gustaf Moerdianto gugur pada tahun 1987 dan berasal dari Yonif 611/Awang, namanya kini diabadikan menjadi nama lapangan tenis di Yonif 641.  
  2. Lettu Inf Unggul Budi Karyawan berasal dari Kopasshanda dan gugur dalam tugas di Timor-Timur pada tahun 1982. 
  3. Lettu Inf P. Sitanggang yang berasal dari Yonif 514/Kostrad gugur dalam tugas di Timor-Timur pada tahun 1982. 
  4. Kapten Inf Hadi WBT berasal dari Yonif 411/Kostrad dan gugur dalam tugas di Timor-Timur pada tahun 1982. 
  5. Kapten Czi  Mansyur Panggabean gugur di Baucau pada tahun 1985 dan dimakamkan di TMP Seroja Kailara-Baucau, ia saat itu menjabat sebagai Danki Yonzikon 11.  
  6. Mayor Inf Broto Atmojo gugur pada tahun 1998 dan bertugas di Kodam IX Udayana.

Akmil 1982
Abituren Akmil 1982 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah:
Letkol Inf. Simpson G. Sigar gugur pada tahun 1998 dalam kecelakaan Helikopter bersama Pangdam IX/Udayana di wilayah Viqueque, ia saat itu menjabat sebagai Kasi Ops Korem 164 Wiradharma setelah sebelumnya menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri 745/Sampada Yudha Bakti.

Akmil 1983
Salah satu abituren Akmil 1983 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah: 
  1. Lettu Inf Ade Suwanda berasal dari kesatuan Kopashanda dan gugur dalam tugas pada tahun 1984, ia dimakamkan di TMP Tiulale.  
  2. Lettu Inf E. William F. berasal dari kesatuan Kopashanda dan gugur dalam tugas pada tahun 1988, ia  dimakamkan di TMP Seroja Kailara-Baucau. 
  3. Lettu Inf M. Agus T berasal dari kesatuan Yonif Linud 503/Kostrad dan gugur dalam tugas pada tahun 1985. 
  4. Kapten Inf Abidin Mada berasal dari kesatuan Grup 2/Kopassus dan gugur dalam tugas pada tahun 1986. 
  5. Kapten Czi Widayat Sigit Waluyo berasal dari Yonzipur 9/Kostrad dan gugur dalam tugas pada tahun 1986.

Akmil 1984
Abituren Akmil 1984 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah: 
  1. Lettu Inf  Budi Hariyanto berasal dari kesatuan Yonif Linud 501/Kostrad  dan gugur pada tahun 1984. 
  2. Lettu Inf  Sarjono gugur dalam tugas di Timor-Timur pada tahun 1986, dan berasal dari kesatuan Yonif 327/Brajawijaya.

Akmil 1985
Abituren Akmil 1985 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah: 
  1. Letda Inf Siprianus Gebo berasal dari Yonif Linud 328/Dirgahayu dan gugur pada tahun 1989 dan dimakamkan di TMP Seroja Kailara-Baucau, namanya kini diabadikan menjadi nama aula di Markas Yonif Linud 328 di Cilodong.  
  2. Lettu Inf. Togima Tigor gugur dalam tugas pada tahun 1988 dan berasal dari kesatuan Yonif Linud  431/Kostrad. 
  3. Letda Czi Heriyanto gugur dalam tugas pada tahun 1988 dan berasal dari Yon Zipur 9/Kostrad, ia dimakamkan di TMP Seroja Kailara-Baucau. 
  4. Kapten Inf Nelson S. gugur dalam tugas pada tahun 1990 dan berasal dari Brigade Infanteri 18/Kostrad.

Akmil 1986
Abituren Akmil 1986 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah: 
  1. Lettu Cpl. Prihastono gugur pada tahun 1988 dan berasal dari kesatuan Grup 1/Kopassus, ia  dimakamkan di TMP Seroja Kailara-Baucau. 
  2. Letda Inf Edi Sueb gugur dalam tugas pada tahun 1988 dan berasal dari Yonif 323/Kostrad ia dimakamkan di TMP Seroja Dili. 
  3. Lettu Inf Juanda gugur dalam tugas pada tahun 1986 dan berasal dari Yonif 509/Kostrad. 
  4. Letda Czi Dodi E. Irianto gugur dalam tugas pada tahun 1988 dan berasal dari Yon Zikon 12/Ditziad, ia dimakamkan di TMP Seroja Dili. 
  5. Lettu Cam Fajari Muhtar gugur dalam tugas pada tahun 1988 dan berasal dari Yon Bekang 2/Kostrad, ia dimakamkan di Seroja Kailara-Baucau.

Akmil 1987
Beberapa perwira Abituren Akmil 1987 seangkatan dengan KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah: 
  1. Lettu Inf Danil Mirza  gugur dalam tugas pada tahun 1992 dan berasal dari dari Yonif 321/Kostrad, ia dimakamkan di TMP Seroja Dili. 
  2. Lettu Inf M. Syachriel  gugur dalam tugas pada tahun 1989 dan berasal dari Yonif 511/Dibya Tara Yudha, ia dimakamkan di TMP Seroja Kailara-Baucau. 
  3. Letda Inf Yudi Saputra gugur dalam tugas di Timor-Timur dan berasal dari Yonif 413/Kostrad.
 
Akmil 1988
Abituren Akmil 1988 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah:
Letda Czi Hevi Arwan berasal dari Yonzipur 4/Dam IV dan gugur pada tahun 1990.

Akmil 1989
Abituren Akmil 1989 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah:
Letda Inf Sumeidi berasal dari Yonif Linud 700/Wira Yudha Sakti dan gugur pada tahun 1991 dan  dimakamkan di TMP Seroja Dili.

Akmil 1990
Abituren Akmil 1990 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah:
Kapten Czi R. Bambang Sulistyono berasal dari Denzipur 8/Dam VI Tanjungpura dan gugur pada tahun 1997.

Akmil 1991
Abituren Akmil 1991 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah:
Kapten Inf. I Ketut D.A. gugur dalam tugas pada tahun 1997 dan berasal dari kesatuan Yonif 621/Manuntung.

Akmil 1994
Abituren Akmil 1994 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah: 
  1. Lettu Inf  Fajar Nugroho  gugur dalam tugas pada tahun 1997 dan berasal dari dari Yonif 121/Macan Kumbang.  
  2. Letda Inf  Heribertus  gugur dalam tugas pada tahun 1997 dan berasal dari Brigade Infanteri 3/Kostrad.
  3. Lettu Inf Marius Dedi W. gugur dalam tugas pada tahun 1997 dan berasal dari Yonif 713/STNY ia dimakamkan di TMP Seroja Dili.

Akmil 1995
Abituren Akmil 1995 yang gugur dalam tugas di Timor-Timur ialah:
Letda Inf. Didik Setyawan gugur dalam tugas pada tahun 1997 dan dimakamkan di TMP Seroja Dili, ia berasal dari kesatuan Yonif 713/STNY. Letda Inf. Didik Setyawan menjadi abituren terakhir Akmil yang gugur dalam tugas di Timor-Timur

Nama alumni Akmil 1994 dan 1995 yang gugur terpatri di Monumen Seroja       

Itulah sebagian nama para Ksatria Lembah Tidar yang gugur selama bertugas di Timor-Timur meskipun masih ada beberapa dari mereka yang belum disebutkan di dalam tulisan ini. Tugas yang telah mereka lakukan saat itu jauh melebihi panggilan tugas yang diemban di pundak mereka bahkan nyawa pun mereka berikan demi tegaknya Merah Putih di Bumi Lorosae. Nama mereka yang gugur kini terpatri abadi di Monumen Seroja dan satuan-satuan tempat mereka bertugas. Semoga perjuangan mereka yang telah gugur akan tetap dikenang selalu.

 
Penulis M. Alfian Nugraha Fauzi

Para Perwira alumni Akmil & Akpol yang gugur di Poso

Wilayah Poso hingga saat ini masih menjadi daerah operasi yang dilakukan oleh Pasukan TNI/POLRI dalam mengejar sisa pengikut dari gerakan M...